Minggu, 24 Februari 2013

Mengenal Sastra

oleh Muhamad Adji


Apa itu sastra? Banyak yang mengatakan bahwa sastra adalah seni keindahan yang menggunakan medium bahasa. Seperti lukisan yang menggunakan medium cat lukis. Tapi ternyata sastra tak hanya sekadar keindahan, tapi juga menyimpan makna atau pesan moral. Horatius mengatakan bahwa sastra itu bersifat utile dan dulce, yang artinya bermanfaat dan indah.
Di dalam pendidikan kita, ilmu sastra menyatu dengan ilmu bahasa. Ilmu sastra adalah ilmu keindahan yang menggunakan medium bahasa. Sedangkan ilmu bahasa adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa itu sendiri, sejarah dan  perkembangannya saat ini (linguistik).

Kategori sastra

Sastra biasanya dikategorikan dalam beberapa jenis atau genre
  1. puisi     : bagian ilmu sastra yang berusaha mendeskripsikan pengalaman keindahan dengan cara memadatkan kata-kata.
  1. prosa    : bagian ilmu sastra yang berusaha mendeskripsikan pengalaman keindahan dengan cara menguraikan lewat kata-kata. Contohnya : cerpen dan novel.
  1. drama : bagian ilmu sastra yang ditandai dengan bentuk dialog dan akan sempurna jika dipentaskan.
Pada perkembangannya, genre ini pun berkembang pesat pula ke dalam berbagai varian. Itu terlihat dalam perkembangan sastra sekarang yang didukung oleh perkembangan oleh teknologi dan industri. Skenario film tentunya tidak bisa dilepaskan dari drama. Artinya kita tidak hanya membayangkan dialog dan interaksi para tokoh, tetapi juga kita harus membayangkan situasi dan lokasi yang dapat diwujudkan dalam bentuk pementasan.

Bagaimana belajar sastra?

            Kita mengenal dua macam kecerdasan, yang sekarang ini dikembangkan lagi ke dalam tiga macam kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Istilah yang lain adalah otak kanan dan otak kiri. Otak kiri biasanya berhubungan dengan angka-angka dan logika, sementara otak kanan berhubungan dengan kreativitas.
Begitu juga dalam hubugannya dengan cara kita belajar. Dibutuhkan kecerdasan emosional yang membuat kita lebih siap dalam memasuki dunia yang baru yang tentunya akan sangat berbeda dengan kehidupan kita sebelumnya. Misalnya, cara belajar yang lebih ditekankan pada self learning, waktu yang lebih fleksibel, tapi beban tugas yang lebih banyak. Ini tentunya berbeda dengan cara belajar pada masa sekolah sebelumnya. Nah, di sinilah dibutuhkan kreativitas kita, kemandirian kita, dan kemampuan kita berinteraksi dengan lingkungan kita yang baru. Ibaratnya, tiba-tiba kita ini disesatkan atau tersesat ke dalam sebuah lingkungan yang baru. Siapa yang bisa membantu kita? Dosen Cuma punya waktu bertemu seminggu sekali. Selebihnya? Di sinilah dibutuhkan kecerdasan kita. Banyak bergaul dan aktif.

Apa peluang sastra dalam dunia kehidupan?

            Setiap dunia yang menggunakan kata-kata, itu adalah peluang dunia sastra. Jika itu dihubungkan dengan dunia kerja. Berpijak dari pengalaman saya, ilmu sastra banyak membantu saya dalam bekerja. Ketika saya bekerja di media massa, kemampuan saya dalam menguntai kata-kata menjadi nilai plus yang tidak dimiliki mahasiswa jurnalistik, misalnya, meskipun mereka memiliki kemampuan lain, yaitu cara-cara dalam mengejar narasumber. begitu juga ketika dalam dunia iklan, yang membutuhkan kreativitas berbahasa (tentunya kreativitas ini didahului oleh pemahaman berbahasa yang baik). Dalam dunia film, apalagi. Begitu banyak kebutuhan akan skenario film yang berkualitas yang sebenarnya mengundang kita untuk masuk. Belum lagi film-film televisi. Industri buku juga tidak ketinggalan membutuhkan kita, baik sebagai penulis maupun sebagai editor. Jadi, kalau ditanya di mana peluang kita ke depan, jawabannya banyak sekali. Yang dibutuhkan adalah kreativitas kita sejak awal. Kalau kita dapat mengembangakan diri kita sejak awal, maka kita dapat memasuki kehidupan selanjutnya dengan perangkat “perang” yang lebih komplet. Bagaimana caranya? Masuki kehidupan kampus dengan segala yang dimilikinya. Baik itu dunia akademis maupun dunia kemahasiswaan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar