1.
Pendahuluan
Novel yang
berkaitan dengan kehidupan remaja sering digolongkan sebagai novel populer. Ini
mungkin disebabkan bahwa kebanyakan novel-novel yang dikategorikan sebagai
novel populer bertema remaja. Istilah novel populer sendiri muncul pada tahun
1970-an. Pada masa sebelumnya, novel populer lebih dikenal dengan nama roman
picisan. Menurut Sumarjo (1982: 18), istilah novel populer merupakan
lanjutan dari roman picisan yang sudah
lebih dulu hadir sebelumnya. Pemberian istilah roman picisan itu sendiri
berasal dari wartawan bernama Parada Harahap pada tahun 1939 ketika terjadi
polemik tajam dengan pengarang roman Matu Mona.
Nurgiyantoro
(1997: 17) mengatakan bahwa sebutan novel populer tersebut mulai merebak
seiring suksesnya novel Karmila karya Marga T. dan Cintaku di Kampus
Biru karya Ashadi Siregar. Sebutan novel populer terhadap novel-novel yang
diasosiasikan sebagai hiburan melahirkan kategori novel populer dan novel
serius.
Sampai
saat ini novel sering diklasifikasi menjadi dua kategori, yaitu novel serius
dan novel populer. Novel serius adalah penamaan pada novel yang dianggap
memiliki kualitas sastra yang baik atau novel serius. Sementara itu, novel
populer dilekatkan pada novel yang berpretensi sebagai bacaan hiburan
semata.
Klasifikasi
ini, menurut Waluyo (1994: 40), mulai mencuat pada tahun 1980-an. Menurut
Waluyo, pada masa itu, penerbitan novel sangat banyak. Hal itu membuat para
ahli sastra mencoba mengklasifikasikan novel-novel tersebut ke dalam dua jenis,
yaitu novel serius dan novel populer. Mengenai klasifikasi itu, Waluyo memberi
penjelasan seperti ini.
Novel
serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra (tinggi) sedangkan novel pop
adalah novel yang nilai sastranya diragukan (rendah) karena tidak ada unsur
kreativitas. Yang digarap maupun teknik penggarapannya mengulang-ulang problem
dan teknik yang sudah ada (1994: 40).
Sementara
itu, klasifikasi yang dibuat oleh Waluyo di atas sejalan dengan pengertian yang
dikemukakan oleh Jakob Sumarjo. Menurut Sumarjo, perbedaan antara novel populer
dan novel serius lebih dikaitkan pada kreativitas atau kebaruan karya. Novel
populer cenderung mengikuti kenginan masyarakat pembaca. Apa yang sedang
digemari pembaca, jenis karya seperti itulah yang akan diproduksi. Karena
memiliki kecenderungan seperti di atas, pembaruan jarang terjadi pada novel populer.
Justru yang sering terjadi bentuk-bentuk peniruan pada karya yang sudah ada
sebelumya (epigon). Hal ini berbeda dengan novel serius yang lebih berpretensi
untuk menciptakan sebuah karya yang baru dan unik.
Novel
populer disebut demikian karena karya itu baik tema, cara penyajian, teknik,
bahasa maupun gaya meniru pola yang sedang digemari masyarakat pembacanya. Hal
ini agak bertentangan dengan karya-karya novel sastra yang lebih
menitikberatkan pada keunikan karya, kebaruan, dan kedalam (1982: 18).
Meskipun
membuat klasifikasi novel populer dan novel serius, Sumarjo memandang bahwa
kedua jenis novel di atas memiliki kedudukannya sendiri sehingga tidak perlu
diperbandingkan satu dengan yang lain.
Novel
pop sekarang ini telah menduduki tempatnya yang benar dalam struktur budaya
kota. Orang tak perlu merasa terhina hanya (karena) ia digolongkan pada deretan
penulis pop(uler). Apa yang dikategorikan sastra maupun pop(uler) mempunyai
kedudukan sendiri dan jasanya sendiri pula (Sumarjo, 1982: 32)
Kajian ini
berangkat dari besarnya peranan sosiologis novel-novel populer dalam
merepresentasikan gejala sosiologis yang ada di masyarakat. Selain sebagai
representasi realitas pada masa itu, novel – terutama tokoh pada novel tersebut
– juga dapat memproduksi makna realitas. Hal itu ditemukan terutama pada
novel-novel populer yang memiliki tingkat keterserapan yang tinggi pada
masyarakat pembaca.
Penelitian
ini ditujukan untuk melihat sejauh mana nasionalisme direpresentasikan dalam
novel populer. Apakah nasionalisme hadir dalam novel-novel novel tersebut.
Apabila iya, seperti apakah nasionalisme dihadirkan. Lalu, bagaimana
nasionalisme direpresentasikan tokoh remaja dalam novel-novel populer tersebut.
oleh: Muhamad Adji
tulisan ini pernah dipresentasikan pada Konferensi
Internasional Kesusastraan Indonesia XX HISKI di UPI Bandung, 5-7 Agusutus 2009
dan sudah mengalami beberapa perubahan.
rujukannya dilengkapi dong mas.. biar gampang nyariin bukunya
BalasHapusTerima kasih apresiasinya. Untuk rujukan bisa dilihat di bag.4 karena tulisan di atas adalah bagian pertama dari 4 bagian tulisan.
Hapus